Ilmu
Hubungan Internasional sendiri dimulai ketika istilah ‘nation’ atau
bangsa mulai ada. Ilmu Hubungan Internasional memakai kata atau istilah
‘nation’ atau bangsa, walaupun ilmu ini sebenarnya membahas tentang
hubungan antar negara atau ‘state’ maupun non-negara atau ‘non-state’.
Hubungan internasional berawal ketika sistem negara modern mulai
dikembangkan, yaitu pada tahun 1968 di Perjanjian Perdamaian Westphalia,
yang mengakhiri perang 30 tahun di eropa. Westphalia mendorong
pembentukan konsep tentang kedaulatan negara, sehingga mendorong pula
bangkitnya negara-negara nasional modern yang independen, pelembagaan
diplomasi dan tentara. Dari perjanjian ini juga mulai muncul hukum
internasional modern yang mengatur hubungan antar negara-negara, lahir
atas masyarakat internasional yang didasarkan oleh negara-negara
internasional.
Pentingnya
hubungan antar negara dapat dirasakan pada awal perang dunia I. Perang
dunia I pada tahun 1914-1918 yang mengakibatkan banyak korban yang
berjatuhan, menimbulkan dampak tersendiri bagi masyarakatnya. Terjadinya
perang pada masa itu membuat negara-negara dunia untuk selalu dapat
menjalin kerjasama dan menjaga perdamaian. Sebelum
Perang Dunia I, pembahasan hubungan internasional dimasukan dalam
Fakultas sejarah, hukum dan filsafat. Dalam catatan sejarah bahwa teori
diplomasi dan teori strategi ditafsirkan oleh para ahli negara dan ahli
filsafat sebagai sifat alamiah manusia, perang dan keadilan.
Sementara
itu para ilmuan sejak lama mempelajari fenomena sosial seperti hukum
yang mengatur hubungan antar bangsa, hakekat kekuasaan, negara dan
kedaulatan, masalah pengelolaan hubungan kekuasaan, dan pengembangan
lembaga-lembaga Internasional. Dari berbagai studi ini muncullah pada
abad 20 suatu bidang studi yang terorganisasi dan dimasukkan dalam
kurikulum beberapa universitas di Amerika Serikat, yaitu bidang studi
Hubungan Internasional.
Hubungan
internasional pada mulanya bercita – cita ingin menciptakan keadaan
yang lebih teratur. Pada tahun 1919, hubungan internasional mulai
dilembagakan sebagai jurusan politik internasional di Universitas Wales
di kota Aberystwythes. Dari sinilah perkembangan hubungan internasional
mengawali perjalanannya sebagai ilmu.
Cita
– cita awal dibentuknya jurusan hubungan internasional adalah untuk
meniadakan perang dan berusaha menciptakan perdamaian di dunia ini.
Tujuan yang idealis ini dipelopori oleh Presiden Amerika Serikat Woodrow
Wilson setelah melihat dampak negatif dari Perang Dunia Pertama (
1914-1918 ) bagi umat manusia, di mana perang hanyalah menghasilkan
kematian dan penderitaaan baik itu bagi pihak pemenang maupun bagi pihak
yang kalah perang. Menurut Wilson, cara untuk menciptakan perdamaian
dan mencegah terjadinya kembali perang antarnegara besar adalah dengan
membentuk kondisi dunia yang safe for democracy
(Vasques, 1996). Kepercayaan Wilson dan para penstudi hubungan
internasional pada saat itu akan rasionalitas manusia dan lembaga
supranasional yang kemudian memuncul pendekatan yang pertama dalam Studi
Hubungan Internasional yaitu idealisme. Pedekatan idealisme ini
mendominasi Studi Hubungan Internasional pada periode 1920-an (R.
Jackson dan G. Sorensen, 1999).
Keterkaitan
Ilmu Hubungan Internasional dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya
sangat penting adanya, seperti politik, ekonomi, sejarah, hukum,
filsafat, geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, budaya, dan
lain-lain. Hal ini dikarenakan hubungan international berusaha
menganalisis serta merumuskan kebijakan luar negeri suatu negara
tertentu, yang ditujukan untuk menghasilkan kepentingan nasional yang
paling positif untuk negaranya, dan pasti akan melibatkan negara yang
berbeda-beda. Sehingga keterkaitan Ilmu Hubungan Internasional dengan
berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial khususnya, tidak dapat dipisahkan.
Sejak berakhirnya perang dingin, studi hubungan internasional di hampir semua
universitas terkemuka di dunia, termasuk Indonesia, melakukan
reorientasi, redefinisi dan reformulasi keberadaan studi hubungan
internasional sebagai disiplin. Meski tidak semua berhasil keluar dengan
jatidiri baru meyakinkan, tak pelak beberapa perubahan mewarnai
perkembangan studi hubungan internasional periode ini. Yang mencolok,
bila sebelumnya studi hubungan internasional fokus semata pada persoalan
politik dan keamanan, memasuki periode itu kajian-kajian hubungan
internasional menjadi lebih beragam, lebih interdisipliner dan lebih
“global”.sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar